Selasa, 24 November 2020

Biografi tokoh penyair pada masa Jahiliyah

 Biografi Asya Ibnu Alqois

Nama asli penyair ini adalah Abu Bashir Maimun Ibn Qais Ibn Jundul Al- Qaisy. Lahir dan besar di daerah Yamamah disebuah desa yang bernama Manfuhah. Keahlian berpuisinya didapat dari pamannya Al- Musayyab ibn Alas. Para Ahli sastra menggap bahwa Al Asya adalah sebagai orang keempat yang sangat pandai bersyair setelah Umru Al- Qais, Zuhair bin Abi Sulma, dan Nabighoh Adz Dzibyani. Tidak ada petunjuk atau riwayat tentang masa kecil dan perkembangan beliau, kecuali ia di lahirkan di wilayah Manfuhah di Yamamah.

Mengenai keluarganya tidak ada yang menyebutkan dengan detail bagaimana keadaannya, tetapi disebutkan bahwa ayahnya dijuluki sebagai  qatilul ju’I karena ketika sedang dalam perjalanan ayah dari Al- A’sya berteduh dalam sebuh goa untuk berlindung dari kepanasan tiba-tiba bebatuan dari Atas gunung jatuh dan menutupi pintu goa tersebut, sehingga ayahnya mati karena kelaparan, karena peristiwa ini sampai-sampai ada seorang penyair yang mengejek ayahnya dengan puisi sebagai berikut :

أبوك قتيل الجوع قيس بن جندل # وخالك عبد من خماعة راضع

Bapakmu mati karena kelaparan (korban kelaparan) Qais Ibn Jandal, dan pamanmu hamba dari khabilah Khuma’ah yang rendahan.

Penyair ini ditakuti oleh orang-orang karena ketajaman lidahnya, dan sebaliknya ia juga disenangi orang apabila dia memuji orang tersebut, karena dengan pujiannya orang itu akan menjadi terkenal seketika.

Diriwayatkan pada suatu cerita bahwa di kota Mekkah terdapat sorang miskin yang bernama Mukhalik. Orang ini mempunyai tiga orang putri yang belum mempunyai jodoh karena miskin Pada suatu ketika keluarga ini mendengar kedatangan Al – A’sya ke Mekkah, maka istrinya meminta kepada suaminya untuk mengundang Al- A’sya ke rumahnya.

Setelah A’sya datang ke rumah itu, istrinya memotong seekor unta untuk menjamu A’sya. Penyair ini sangat heran sekali dengan kedermawanan orang miskin ini, ketika A’sya keluar dari rumah itu, ia langsung pergi ke tempat orang berkumpul untuk mengabadikan kedermawanan Mukhalik dalam suatu bait puisinya yang sangat indah sekali, sehingga setelah itu banyak orang meminang ketiga putri Mukhalik. Puisi yang diucakpan A’sya sebagai berikut:

أرقت وما هذا السهاد المؤرق # وما بي من سقم وما بي تعشق

لعمرى قد لاحت عيون كثيرة # إلى ضوع نار في الفياع تحرق

نشب لمقرورين يصطليا نها # وبات على النار النّدى و المحلق

رضيعى لبان ثدى أم تقاسما # بأسحم داج : عوض لا نتفرقّ

ترى الجود يجرى ظاهرا فوق وجهه # كما زان متن الهندوانى رونق

يداه يدا صدق : فكف مبيدة # وكفّ إذا ما ضنّ بالمال ينفق

Aku tak dapat tidur dimalam hari bukan karena sakit ataupun cinta.

Mata yang melihat api yang menyala diatas bukit itu.

Api itu dinyalakan untuk memanaskan tubuh kedua orang yang sedang kedinginan di malam itu.

Dimalam itu lah Mukhalik dan kedermawannya sedang bermalam.

Di malam itu keduanya saling berjanji untuk tetap bersatu.

Kamu lihat kedermawanan di wajahnya seperti pedang yang berkilauan.

Kedua tangannya selalu benar, yang satu untuk membinasakan sedan yang lain untuk berderma.

Pada akhir tahun keenam hijriah (628 M), A’sya berangkat ke Madinah dengan membawa puisi pujian kepada Nabi. Para pemuka Quraisy sangat ketakutan bila pujian ini disampaikan kepada Nabi akan membangkitkan syiar dakwah Islam. Sebelum sampai ke Madinah para pemuka Quraisy mengumpulkan hadiah besar dan menyerahkannya ke A’sya dengan syarat ia harus kembali ke Yamamah. A’sya kemudian mengurungkan niatnya menemui Nabi , kemudian kembali pulang ke Yamamah,

 

Cerita singkat perjalanan A’sya dalam menemui Nabi.

satu syair al A’sya yang menimbulkan kekhawatiran bagi orang musyrik waktu itu yaitu mengenai syair madahnya yang akan ia tujukan kepada Rasulullah Saw.

Ketika al A’sya mengetahui telah diutusnya nabi Muhammad, iapun segera melakukan perjalanan untuk bertemu rasul. Ketika hamper sampai di madinah sebagian orang musyrikin menghalanginya. Orang-orang musyrik merasa khawatir karena dengan kedatangan al-a’sya akan membuat kaum muslimin menjadi lebih kuat. Seketika itu Abu Sufyan bin Harb menemui a’sya bin qais.

“ wahai a’sya, agamamu dan agama orang tuamu lebih baik bagimu”

“ tidak, justru agamanya lebih baik dan lebih lurus”, sahutnya.

Orang-orang musyrik itu mulai bermusyawarah dan mencari cara untuk mencegah al a’sya dari memeluk agama islam. Mereka lalu berkata:

“ wahai a’sya, Muhammad itu mengharamkan zina”

“aku seoranh lelaki tua yang tidak punya kepentingan dengan wanita”, jawab a’sya.

“Muhammad mengharamkan khamar”, sahut mereka lagi

“ khamar itu menghilangkan akal dan menghinakan seseorang, aku tidak berkepentingan dengan khamar”, jawabnya.

Ketika orang-orang musyrik melihat tekad a’sya yang kuat untuk masuk islam, merekapun menawarkan kepada a’sya untuk memberikan 100 unta asalkan a’sya mengurungkan niatnya bertemu rasulullah. Beberapa saat a’sya terdiam . mulailah ia mempertimbangkan bujukan kaum musyrik. Syaitanpun berhasil menguasai akalnya. Al a’sya pun menoleh seraya berkata “ jika dengan harta, baiklah”.

Dengan serta merta abu sufyan mengajak a’sya mampir kerumahnya. Esampainya mereka disana, abu sufyan mengumpulkan para sahabatnya dan berkata “ kawan-kawan bangsa qurays, inilah a’sya. Andaikan ia jadi bergabung dengan Muhammad, akibatnya bisa membahayakan kalian semua bang arab. Oleh karena itu kumpulkan 100 onta merah ”.

Sahabat-sahabat abu sufyan pun segera mengumpulkan 100 onta yang diminta oleh pemimpin mereka. Setelah terkumpul, onta itu diberikan kepada A’sya. Akhirnya A’sya pun mengurungkan niatnya berjumpa dengan nabi Muhammad.

Saat diperjalanan pulang, a’sya mengalami kecelakaan, ia jatuh dari onta yang ditungganginya dan terinjak-injak onta. Al-A’sya pun meninggal dunia dikarenakan hartanya sendiri.

Jika di lihat dari peristiwa di atas, tergambar kondisi sosial dan politik pada masa itu. Penyair cukup berperan penting dalam menyebarkan pengaruh, karena sebab itu kaum musyrikin merasa khawatir dan takut jika saja ada seorang penyair yang ingin bertemu nabi dan akhirnya akan membela beliau. Sedangkan kondisi politiknya yaitu masyarakat arab yang dipimpin oleh seorang ketua kabilah. Mereka akan mematuhi apa yang dikatakan pemimpin mereka. Contohnya pada peristiwa diatas, ketika abu sufyan memerintahkan mengumpulkan onta mereka pun melaksanakan perintah itu. Selain itu kecerdasan orang arab khususnya kaum musyrikin dalam membuat rencana dan taktik agar a’sya tidak dapat bertemu Nabi Muhammad. Mulai dari menawarkan wanita, kharam hingga harta. Jelas terlihat bahwa kaum musyrikin akan melakukan cara apapun agar tujuan mereka terpenuhi.

1 komentar:

Biografi tokoh penyair pada masa Jahiliyah

Tharafah ibn abd Tharafah menciptakan puisi sejak ia masih kanak-kanak dan dia muncul dalam bidang itu sehingga dalam usia belum mencapai du...